
Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., menekankan pentingnya melatih empati dan melibatkan anak-anak dalam aktivitas sosial sebagai salah satu solusi pencegahan dari aksi kekerasan seperti tawuran.
Menurut dia, anak dan remaja membutuhkan ruang yang aman dan suportif untuk menyalurkan tekanan emosional yang mereka rasakan, terutama pada masa transisi seperti awal tahun ajaran baru.
“Empati itu bisa dilatih. Anak perlu diberi ruang untuk mengalami dan melihat langsung berbagai situasi kehidupan sosial, misalnya lewat kegiatan kemanusiaan, gotong royong, atau membantu teman yang kesulitan,” kata Novi ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Novi menyampaikan, salah satu cara yang dinilai paling berdampak adalah memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang membangun rasa peduli terhadap sesama.
Selain itu, lingkungan yang menerima kondisi anak apa adanya juga turut memainkan peran penting.
Ia menyebut, pendekatan ini dapat merangsang kerja bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan (prefrontal cortex), sehingga anak mampu merespons situasi emosional dengan lebih bijak.
Dengan demikian, anak punya tempat menyalurkan energinya dengan cara yang sehat, serta kecenderungan untuk melampiaskan emosi lewat kekerasan akan jauh berkurang.
“Itu semua akan melatih otak nalarnya agar bekerja lebih baik, sehingga dia akan membuat keputusan lebih baik saat mendapat peristiwa yang memancing emosi,” ujarnya.