
Harga saham Oyo sudah jeblok US$ 7,6 miliar atau sekitar Rp 121,29 triliun. Startup penyedia penginapan murah ini padahal sempat menjadi unicorn paling mahal asal India.
Laporan dari TechCrunch menyatakan harga Oyo di mata investor kini “hanya” US$ 2,4 miliar. Harga saham Oyo sudah terpangkas besar dibanding saat perusahaan tersebut mencapai valuasi puncak US$ 10 miliar pada 2019. Valuasi tersebut muncul dalam ronde pendanaan terbaru Oyo.
Oyo baru-baru ini mengumumkan pendanaan Seri G senilai US$ 173,5 juta atau sekitar Rp 2,76 triliun. Uniknya, salah satu yang terlibat dalam pendanaan tersebut adalah Patient Capital, perusahaan investasi milik CEO Oyo Ritesh Agarwal.
Setelah pendanaan terakhir ini, investasi yang diterima oleh Oyo sudah melampaui valuasi perusahaan. Berdasarkan data Tracxn yang dikutip oleh Tech Crunch, Oyo telah mengumpulkan pendanaan US$ 3,3 miliar dalam bentuk ekuitas dan utang sejak pertama berdiri.
Agarwal sendiri sudah beberapa kali berinvestasi di perusahaan yang ia pimpin. Pada 2019, Agarwal menyuntikkan US$ 1,5 miliar dari kantongnya sendiri dalam ronde pendanaan yang mendongkrak valuasi Oyo ke US$ 10 miliar.
Namun, asal usul dana yang disuntik Agarwal ke perusahaan miliknya sendiri tidak jelas.
Sinyal valuasi Oyo bakal jeblok sudah lama terdengar. SoftBank sebagai pemilik 40% saham Oyo telah memangkas valuasi Oyo di portofolionya menjadi US$ 2,7 miliar pada 2022.
Pada saat itu, Oyo mengkritik langkah SoftBank. Menurut Oyo, tidak ada alasan rasional yang bisa membenarkan pemangkasan valuasi oleh SoftBank.
Selain SoftBank, investor besar Oyo lain adalah Peak XV Partners yang dulu bernama Sequoia Capital, Microsoft, dan Lightspeed Venture Partners.
Pada 2021, Oyo sempat mengambil langkah untuk menawarkan sahamnya di bursa. Saat itu, Oyo ingin mengumpulkan modal US$ 1,2 miliar dari penawaran umum perdana saham (IPO) di valuasi perusahaan US$ 12 miliar.